(MDN), Rupanya bagi Pindad tidak hanya tembang lawas yang membangkitkan
kenangan. Sang veteran Perang tua SP-1 dibangkitkan kembali dengan
sejumlah perubahan yang membuatnya sesuai untuk pertempuran abad ke-21.
Setidaknya semangat ini yang meruap saat ARC datang ke Rapim TNI di Cilangkap. Seperti biasa, sejumlah alutsista hasil riset nampak dipamerkan. Berbeda dengan Rapimnas beberrapa tahun lalu dimana Pindad menyajikan SS-4 battle rifle yang mengadopsi munisi 7,62x51mm NATO, tahun ini Pindad kembali membangkitkan salah satu produk lawasnya ke dalam wujud yang baru. SS-4 sudah tak ditampilkan, walau Pindad tak memberi alasan.
ARC sendiri meyakini bahwa bobot senjata yang kelewat berat menyebabkan SS-4 menjadi tidak diminati. Produk senjata sejenis buatan Negara lain seperti Mk17 Mod 0 SCAR dan Beretta ARX-200 sudah menampilkan receiver bawah yang terbuat dari polimer. Jujur untuk teknologi polimer Pindad memang ketinggalan, jadi untuk sementara SS-4 memang harus kembali ke meja desain.

Nah, di Rapim TNI 2013 ini Pindad menghadirkan kejutan lama tapi
baru, dalam bentuk SP1 yang dimodifikasi. Senapan SP-1 yang dilisensi
dari Pietro Beretta S.A. BM-59 merupakan pengembangan lebih lanjut dari
M1 Garand, sama seperti AS mengembangkan M1 Garand menjadi M14. Kedua
battle rifle terakhir dalam sejarah masing-masing Negara ini
memanfaatkan peluru 7,62x51mm full power cartridge. Keduanya juga cukup
kenyang asam garam pertempuran. M14 digunakan secara meluas pada awal
sampai pertengahan Perang Vietnam, sementara BM-59 yang dilisensi Pindad
sebagai SP-1 digunakan pada konfrontasi Dwikora sampai masa Operasi
Seroja. Namun maaf saja, karena tooling dan metode produksi Pindad yang
masih terbatas, SP-1 kurang begitu disukai karena sering macet, dan
bobotnya kelewat berat. RPKAD sebagai pengguna pertama lebih memilih
AK-47, sementara unit lain seperti Resimen pelopor memiliki AR-15. SP-1
lebih banyak dibagikan ke sukarelawan atau milisi di Timor-timur.
Beberapa kendala yang sering terjadi di lapangan adalah rumah pelatuk
yang sering lepas, atau gas plug yang melesat karena kurang
dikencangkan.

Tapi…kelemahan itu sudah lama berlalu. ARC memergoki bentuk evolusi
terakhir dari SP-1 pada Rapim TNI kali ini. Bentuknya, bukan sekilas
lagi, benar-benar mirip dengan M14 yang diimbuhi Sage Chop Mod Stock dan
bersalin rupa menjadi Mk14 Mod 0 EBR (Enhanced Battle Rifle) untuk
USSOCOM. AD AS juga menggunakan senapan sejenis sebagai AMU (Army
Marksman Unit) Rifle. SP-1 modifikasi ini dipasangi dengan Chop stock,
sehingga keseluruhan popornya diganti dengan alumunium. Dibanding popor
kayu asli SP-1, receiver logam ini tentu saja jauh lebih sangar dan
menebar aura mematikan. Rel menghiasi seluruh kuadran senapan. Untuk
menyesuaikan dengan ukuran bahu dan lengan, SP-1 ini dilengkapi dengan
popor tarik yang bersandar pada tiang berbentuk tubular. Karena bagian
bawah pun sudah dipenuhi rel, maka untuk pegangan tangan disediakan
pegangan yang benar-menar mirip seperti Kydex handgrip pada Mk14 Mod 0
EBR, pada SP-1 ini berwarna hitam. Untuk menyangga senjata, disediakan
bipod Harris model LT.
Selebihnya, tampilan senapan ini memang jadi agak antiklimaks.
Sebagai senapan tembak jitu, senapan ini tampil polos tanpa teleskop,
padahal untuk produk-produknya yang lain Pindad biasa menempelkan
aksesoris. Saat ditanya ke staf Pindad yang menjaga, ternyata SP-1 mod
ini belum ada yang memesan, bahkan belum diberi nama secara resmi.
Sementara Pindad menamainya sebagai senapan Dopper. Dopper atau
doppering merupakan praktek latihan prajurit yang menggunakan munisi
hidup, dimana siswa latih harus merayap diantara hujan tembakan peluru
tajam. Biasanya doppering dipraktekkan sebagai silabi latihan pasukan
berkualifikasi khusus seperti Paskhas, Kopassus, atau Kopaska. Senapan
yang digunakan umumnya adalah AK-47, yang pelurunya menancap ke tanah
saat ditembakkan, tidak terpental atau ricochet/ rekoset. Satu fakta
menarik adalah ketika marking senapan ini dicermati lebih lanjut. Tereta
marking Made by Pindad M1PM, lisensi dari Australia. Lho kok??
Sumber: ARC